Bana Fatahillah Hafidz Yang Lahir Dari Rumah Tahfidz Mesir
Ramajalah - Memang tidak singkat proses yang dilalui seseorang untuk dapat menghafal al-Qur’an secara keseluhan terlebih hafal beserta halaman begitupun ayatnya.
Walaupun sebagian yang lain tidak sedikit yang sudah mengkhatamkan hafalannya tanpa memahami keseluruhan ayatnya, namun dengan seringnya mengulang dikit demi sedikit pemahamannya akan ayat yang sering diulangi akan menambah dan terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Bana fatahillah yang kerap disapa kawan-kawannya dengan panggilan Bana, seorang mahasiswa al-Azhar Kairo Mesir angkatan 2016 yang saat ini tengah duduk di tingkat 3 fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir telah menyelesaikan hafalan al-qur’an pada bulan september ini.
Menurut kabar Bana adalah salah satu santri perdana yang menyelesaikan hafalan al-Qur’an di Rumah Tahfidz Mesir (RTM).
Sebelumnya memang sudah ada yang menyelesaikan beberapa orang namun sebagiannya ada yang memang sudah memiliki hafalan sebelumnya sebelum masuk asrama dan sebagian yang lain belum sempatnya menyelesaikan hingga khataman serta disaksikan langsung bacaan hafalnya di depan kawan-kawannya.
Jadi, Bana adalah termasuk santri tulen asrama Rumah tahfidz Mesir yang memang baru mulai focus menghafalkan al-Qur’an saat masuk asrama RTM, jadi ada suatu kesyukuran tersendiri dari pihak asrama dan mungkin dari pribadinya sendiri.
Sama halnya yang lainnya juga, seperti yang telah disampaikan di awal, banyak proses yang telah dilalui, layaknya manusia takkan pernah terlepas dari masalah, namun Bana telah membuktikan dengan banyaknya kesibukan dan tanggung jawab terlepas dari statusnya mahasiswa dirinya dapat mengkhatamkan al-Qur’an, Alhamdulillah.
Rumah Tahfidz Mesir sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak asrama tahfidz di Mesir yang santrinya berasal dari Indonesia, meski umurnya masih cukup dini asrama tahfidz ini telah banyak mendidik dan melahirkan putra-putri penghafal al-Qur’an.
Tepatnya pada 8 November 2014 Rumah tahfidz ini berdiri, dengan ustadz Azwar anas LC sebagai pembimbingnya.
Perjuangan Bana dalam menghafal al-Qur’an di mulai pada tahun 2017 ketika sewaktu masih di tingkat 1, setelah beberapa saat dari selesainya beliau di kelas pelatihan bahasa yang mana menjadi prosedur baru bagi pelajar luar negeri non arab.
Dan pada tanggal 9 sampai 10 september 2020 di asramanya yang bertempat di Darrasah Gamalia berlangsung ujian menyelesaikan hafalannya, artinya butuh kurang lebih 3 tahun lika-likunya dalam menjaga hafalannya agar selalu di dalam hatinya.
Pernah saat itu orang tuanya memberikannya pilihan untuk keluar dari asrama tahfidz disebabkan lamanya waktu disana tutur Bana saat mengadakan tasyakuran bersama kawan angkatannya saat di Gontor dulu.
Namun dirinya merasa bahwa jika tak bertempat di lingkungan al-Qur’an tidak mudah untuk selalu fokus dengan al-Qur’an.
Tak jarang kegiatannya juga membuatnya kurang bersama al-Qur’an namun dalam prinsipnya dirinya harus selalu menyetor setiap hari walau hanya sedikit, “Walaupun kadang pulang malam cape tapi tetap harus mengusahakan untuk persiapan besok menyetor, yah walaupun sedikit-sedikit” ungkapnya.
Jika ada yang bertanya “Memang ketika di Gontor belum hafal al-Qur’an walaupun sedikit?
Pondok Modern Darussalam Gontor memang bukanlah pesantren tahfidz namun tidak ada larangan sama sekali bagi para santrinya yang ingin menghafal al-Qur’an, bahkan di Gontor sendiri terdapat komunitas penghafal al-Qur’an, namun sebab gontor fokus pada pendidikan dan pembentukan karakter Gontor hanya memberi kunci, jadi tidak mewajibkan santrinya untuk menghafal al-Qur’an melainkan juz 30 saja.
Di sini lah kita melihat keberhasilan pembentukan karakter dari kunci tersebut, meskipun beliau sering kali di berikan amanat dan tanggung jawab, namun beliau mampu membagi dan mengatur waktu antara kewajibannya sebagai penuntut dan kewajibannya dalam mengemban amanah.
Semoga dapat menjadi sosok yang lebih bermanfaat lagi bagi keluarga, nusa bangsa dan agama ini.